salam sejahtera bagi mu juga saudara ku... : )
mohon maaf jg dri ku jika ada kata2 - brkenan...
tpi ada beberapa pertanyaan terakhir dri ku...
1. dalam al-quran kerap saya temukan kata 'KAMI' dalam ayat ketika
Allah sedang membicarakan tetang penciptaan Nya;
yg ingin ku tanyakan adalah siapakah yg dimaksud dgn 'KAMI' dlm
al-quran ? jika yg dimaksud 'KAMI' adalah Allah dan Malaikat
berarti dlm islam Allah sehakikat (satu/sama) dgn Malaikat atau
jika yg dimaksud hanya merujuk pd Allah saja maka Allah tidak 1
tapi menjadi majemuk ...
2. mengapa Muhammad harus meminta doa keselamatan,
kesejahteraan, kemuliaan, derajat yg tinggi, dll dari umat nya
sementara Muhammad dianggap sebagai kebenaran...bukan kah
seharus nya kebenaran yg mendoakan seperti hal2 diatas untuk
para umatnya ?
masih bnyk pertanyaan lain tapi seperti yg kukatakan waktu yg trbatas...jika kmu sudi menuggu pertanyaan ku aku akan sangat menghargai nya... : ) tpi semua terserah pda kmu, assalamualaikum
--------------------
Aku menjawab Begini :
Wa'alaikumsalam wr.wb
Ya saudaraku ^_^
iya aku akan jawab, semoga kamu mengerti..
ini jawabannya teman :
1. Dalam bahasa Arab, dhamir 'nahnu' adalah bentuk kata ganti orang pertama dalam bentuk jamak yang berarti kita atau kami. Tapi dalam ilmu nahwu, maknanya bisa saja bukan kami tetapi aku, saya dan lain-lainnya.
Terkadang kita sering terjebak dengan pertanyaan seperti ini. Model pertanyaan seperti ini bisa jadi berangkat dari kepolosan dan keluguan, namun di sisi lain bisa jadi merupakan usaha untuk membodohi umat Islam yang awam dengan bahasa arab dengan menggunakan pertanyaan menjebak ini. Hal ini tidak aneh dan sudah sering dilakukan. Dengan bekal kemampuan bahasa arab seadanya, pertanyaan seperti ini sering dijadikan senjata buat umat Islam yang minim ilmunya.
Rasa Bahasa
Tapi bagi mereka yang memahami bahasa Arab sebagai bahasa yang kaya dengan makna dan kandungan seni serta balaghah dan fashohahnya, pertanyaan seperti ini terkesan lucu dan jenaka. Bagaimana mungkin aqidah Islam yang sangat logis dan kuat itu mau ditumbangkan cuma dengan bekal logika bahasa yang separo-separo.
Dalam ilmu bahasa arab, penggunaan banyak istilah dan kata itu tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Sedangkan Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi.
Kata 'Nahnu` tidak harus bermakna arti banyak, tetapi menunjukkan keagungan Allah SWT. Ini dipelajari dalam ilmu balaghah.
Contoh Perbandingan
Dalam bahasa Indonesia ada juga penggunaan kata "Kami" tapi bermakna tunggal. Misalnya seorang kepala sekolah dalam pidato sambutan pesta perpisahan anak sekolah berkata,"Kami sebagai kepala sekolah berpesan . . . ". Padahal yang jadi kepala sekolah hanya dia seorang dan tidak beramai-ramai, tapi dia bilang "Kami". Lalu apakah kalimat itu menunjukkan bahwa kepala sekolah sebenarnya ada banyak atau hanya satu ?. Kata KAMI dalam hal ini digunakan sebagai sebuah rasa bahasa dengan tujuan nilai kesopanan. Tapi rasa bahasa ini mungkin tidak bisa dicerap oleh orang asing yang tidak mengerti rasa bahasa Indonesia. Atau mungkin juga karena di barat tidak lazim digunakan kata-kata seperti itu.
Selain kata 'Nahnu", ada juga kata 'antum' yang sering digunakan untuk menyapa lawan bicara meski hanya satu orang. Padahal makna `antum` adalah kalian (jamak). Secara rasa bahasa, bila kita menyapa lawan bicara kita dengan panggilan 'antum', maka ada kesan sopan dan ramah serta penghormatan ketimbang menggunakan sapaan 'anta'.
Kalau teman diskusi anda yang nasrani itu tidak bisa memahami urusan rasa bahasa ini, harap maklum saja, karena bible mereka memang telah kehilangan rasa bahasa. Bahkan bukan hanya kehilangan rasa bahasa, tapi juga orisinalitas sebuah kitab suci. Karena sudah merupakan terjemahan dari terjemahan yang telah diterjemahkan dari terjemahan sebelumnya. Ada sekian ribu versi bible yang antara satu dan lainnya bukan sekedar tidak sama tapi juga bertolak belakang. Jadi wajar bila Bible mereka itu tidak punya balaghoh, logika, rasa dan gaya bahasa. Dia adalah tulisan karya manusia yang kering dari nilai sakral.
Contoh lain
Di dalam Al-Quran ada penggunaan yang kalau kita pahami secara harfiyah akan berbeda dengan kenyataannya. Misalnya penggunaan kata 'ummat'. Biasanya kita memahami bahwa makna ummat adalah kumpulan dari orang-orang. Minimal menunjukkan sesuatu yang banyak. Namun Al-Quran ketika menyebut Nabi Ibrahim yang saat itu hanya sendiri saja, tetap disebut dengan ummat.
Sesungguhnya Ibrahim adalah ummat yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif . Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan. (QS. An-Nahl : 120)
2. Kata yang dimaksud do’a menurut mereka adalah” sholawat”. Setiap orang Islam bersholawat kepada Nabi Muhammad dan dengan bersholawat umat islam dapat memperolah pahala serta dengan bersholawat kelak akan mendapat syafaat dari Nabi Muhammad di hari kiamat. Sholawat yang diucapkan kepada Nabi Muhammad, kembalinya adalah ke yang mengucapkan juga, mengapa ? karena sholawat kepada Nabi bukanlah do’a. tetapi Seorang yang mengaku Kristen selalu bertanya :”Kenapa Nabi Muhammad disholawatkan atau dido’akan, apa dia tidak selamat ?? Untuk menjawab pertanyaan seperti ini pada dasarnya sangatlah mudah dan tidak perlu berbelit-belit. Seluruh Nabi dan Rasul telah dijamin akan masuk surga termasuk Nabi Muhammad. Mengenai “Sholawat”, kembalikan pada arti sesungguhnya. Sholawat dapat berarti rahmat, do’a, penghormatan, pengagungan (ta'dhim) , penghargaan, pujian, dll. Allah dan Malaikat juga bersholawat kepada nabi Muhammad.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”(QS. Al-Ahzab 33 : 56)
Shalawat kepada Nabi tidak dipahami sebagai do’a tapi lebih kepada suatu bentuk penghormatan dan pujian kepada beliau. Allah bersolawat kepada Nabi berarti Allah memberi rahmat (kasih sayang) kepada Nabi. Malaikat bersholawat itu adalah pujian kepada Nabi.
Jika orang Kristen mengelak dengan hal ini, maka perlu dipertanyakan sejauh mana mereka telah membaca kitab mereka. Didalam Alkitab hal yang sama juga ada. Bisa kita lihat dalam Kitab Perjanjian Baru pada Injil Matius dan Injil Lukas .
“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu”(Injil Matius 6 : 9)
“Maka berkata Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.”(Injil Lukas 11 : 2)
Dalam Injil Matius dan Lukas diatas dikatakan bahwa jika berdo’a supaya mengatakan “dikuduskanlah nama-Mu”. “Kudus” itu berarti suci, “dikuduskanlah nama-Mu” itu berarti “disucikanlah nama-Mu”. Jika hal ini dipahami sebagai do’a, maka sama halnya menganggap Tuhan tidak suci atau Najis sehingga harus dikuduskan. Jadi, hal ini lebih tepat dipahami sebagai pujian dan bukan sebagai do’a sama halnya dengan sholawat Nabi, itu bukanlah do’a.
jadi itu jawabannya temanku ^_^
Dari : Muhammad Aulia Hidzbullah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar